Share

03 : Menahan Malu  

Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.  

Keluarga kaya?  

Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.  

“Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko. 

Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Siapa yang tidak mengenal sebuah brand ternama iklannya sudah terpajang setiap hari di billboard? Orang yang tidak menyukai dunia fashion pun pasti sangat mengetahuinya. 

Memasuki langkah demi langkah dan juga disambut oleh satu orang yang bertugas di sana membuat ia senang bukan main. Akhirnya, setelah beberapa bulan ia tidak menghirup aroma yang sangat menyenangkan ini, Satchel bisa kembali mendapatkannya. Bagai oase yang ada di gurun pasir, ia menyimpan aroma ini di paru-parunya.  

“Baby, Momy kembali datang.” Satchel rindu bukan main, apalagi melihat semua pakaian yang sangat bagus itu tergantung dan juga memanjakan mata.  

Tangannya mengelus kain-kain yang sangat halus ini dan membayangkan bahwa mereka semua bisa digunakan dan tunjukkan pada khalayak ramai.  

“Kami memiliki gaun keluaran terbaru, Nona. Apa Anda mau melihat dan juga mencobanya?” tanya salah satu pramuniaga pria yang berlagak seperti perempuan. Satchel juga bahkan sampai ingin terbatuk karena menghirup minyak wangi yang sangat menyengat itu.  

“Oke,” ucapnya dengan senang. Satchel tidak memedulikan semua pengunjung yang diam-diam melihat ke arahnya karena ia yakin bahwa mereka melihat sebagai wanita yang berkelas sekarang, ditambah dengan pakaian yang sangat glamor ini. “Apa kau menawarkan pada mereka juga?” Satchel berbisik pada pelayan pria itu.  

Pelayan itu memberikan kuluman yang singkat dan ia berkata, “Tentu saja tidak, saya hanya menawarkan ini pada Anda seorang.”  

Wanita mana yang tidak senang jika diberikan pelayanan yang khusus seperti ini? Tentu saja Satchel langsung mengikuti langkah penjaga toko itu untuk mencoba pakaian terbaru itu. 

Benar saja dugaannya, pelayan itu langsung mengeluarkan gaun cantik berwarna merah menyala dengan bentuk renda yang pada bagian dada. “Aku rasa jika aku memakai ini akan membuat leherku menjadi sangat jenjang.” Satchel mengambil pakaian itu dan membawanya memasuki ruang ganti. Gaun yang sangat indah dengan warna gelap di bagian bawahnya, belum lagi dengan tubuhnya yang pasti akan sangat menonjol indah.  

Apakah hanya dia seorang yang seperti ini? Mengambil beberapa foto di kamar salin saat memakai pakaian dan setelah itu mengunggahnya di sosial media? Setidaknya Satchel memiliki selera yang bagus, kan? 

Setelah mengambil beberapa foto dan juga mengganti kembali pakaiannya, Satchel menghampiri pramuniaga tadi dan memberikan pakaian yang sangat indah itu pada dirinya. “Apakah kau bisa menahan gaun ini untukku terlebih dahulu? Semua kartuku rusak dan aku sedang mengurusnya.” Satchel mengangkat dagu.  

Sungguh, ia sangat menyukai pakaian itu. Satchel tidak ingin membiarkannya jatuh ke tangan wanita lain.  

Pandangan pramuniaga itu agak sedikit berubah mendengar perkataan Satchel yang sepertinya tidak sesuai ekspektasi. Ia kemudian berdeham dan berkata, “Maaf untuk permintaan seperti itu tidak bisa kita lakukan, Nona. Tapi saya akan bisa memberikanmu pilihan.”  

Satchel dibawa pria itu untuk berdiri di meja kasir dan melihat daftar yang ada. “Kami memberikan cicilan untuk semua barang yang dijual di toko ini. Tapi Anda harus membayar uang muka sebanyak seperempat dari harga yang tertera. Bagaimana?” 

Satchel meneguk ludah dengan keras. Seperempat?! Dan itu berarti 800 dolar?! 

Satchel membelalakkan mata. Di rekeningnya bahkan tidak sampai seratus dolar dan itu ia gunakan untuk menyambung hidup selama beberapa minggu lagi. 

Mendengar kalimat itu, Satchel mencoba untuk bersikap tak terkejut dan menjaga tubuhnya agar tetap stabil. “Aku tidak memiliki uang tunai. Apa kau tidak bisa mempertimbangkannya untukku?” Satchel mencoba merayunya. Meski ia tahu bahwa pria ini sepertinya tidak menyukai perempuan sepertinya. Ups!  

Bukannya terkesan dengan cara menggoda Satchel, pria itu malah menunjukkan wajah yang muak dan juga menatapnya dari atas ke bawah berulang kali. Kali ini ia terang-terangan memindai Satchel. 

Oh, sial! Aku seperti wanita yang tidak tahu malu sekarang hanya karena sebuah gaun satu buah.  

“Maaf, Nona, apakah aku boleh memberikan saran?” tanya pria itu. “Mungkin Anda membutuhkan toko yang memiliki diskon di setiap itemnya dan itu terletak di lantai dasar. Apakah Anda perlu saya antar?”  

Satchel tidak bisa berkata-kata lagi. Apalagi ada desas-desus yang ada di sekelilingnya membuat ia tak bisa membalas kalimat sarkasme pramuniaga di hadapan umum.  

“Dia bertingkah seperti wanita yang memiliki uang banyak. Tapi ternyata itu hanyalah omong kosong saja.”  

“Aku mengira baju yang melekat dalam di tubuhnya adalah barang yang asli tapi ternyata aku salah.”  

“Dia memakai pakaian bekas sepertinya.”  

“Apakah dia memiliki muka untuk menginjakkan kaki di toko yang bermerek seperti ini?”  

Berbagai cemooh itu akhirnya keluar juga dan membuat hati Satchel sangat terbakar. Mereka mengatakan bahwa pakaian yang ia gunakan ini adalah pakaian bekas? Hei! Bahkan tas yang sedang ia pakai saja bisa membungkam mulut-mulut mereka!  

Satchel mendengus dan menatap pria itu yang masih menampilkan wajah menyebalkan. “Asal kau tahu. Aku bisa membeli seluruh pakaian yang ada di dalam tokomu ini dan bisa membuatmu menjadi pengangguran dalam sekejap,” desis Satchel.  

“Coba saja kalau bisa!” tantangnya dengan sikap kemayu.  

Astaga, dasar pria jadi-jadian! Aku akan membuatmu malu nanti!  

Satchel mengentakkan kaki dan melewati kerumunan yang ternyata sudah banyak karena tragedi dirinya. Mereka menjadikan wanita itu tontonan rupanya. Belum lagi ada beberapa wanita yang mengarahkan kameranya kepada satchel. Sebentar lagi ia akan menjadi artis dadakan!  

“Tenang saja, aku akan membeli seluruh outlet yang ada di gedung ini! Kalian tidak tahu saja siapa aku!” teriak Satchel sambil keluar dari toko yang sangat menyebalkan itu. Dadanya bergemuruh merasakan kemarahan yang tidak biasa. Baru kali ini  ia disindir oleh banyak orang.  

“Kalian pikir kalian adalah orang kaya, huh?! Lihat saja, aku akan menjadi istri dari seorang miliarder!” Satchel menendang kotak sampah yang ada di depan toko.  

Tapi .... 

“Aw!” ringisnya saat merasakan sakit tak terhingga di jempol kaki. Apakah semua orang di mal ini sudah gila? Mereka membuat kotak sampah dari batu?!  

“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!” Sepertinya muka Satchel yang tadinya memerah berubah menjadi pucat seperti orang yang melihat hantu. Ah, ralat! Bukan hantu, melainkan gerombolan orang yang lebih menyerupai makhluk halus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status